Mentari, Bumi, Bintang dan Rembulan

Pada masanya, ketika mentari berbalik pergi. Ketika mentari tenggelam sebagaimana mestinya. Tak ada yang salah dengan keadaannya. Pada masanya mentari memang harus pergi.

Lalu seolah semua cahaya pergi besertanya. Semua gerak menjadi lambat dan suara menjadi peka terdengar. Kegelapan dan sensitivitas. Buta terhadap yang lain, hanya mendengar suara sendiri. hhhh, Sekalipun pada hakikatnya, Senyatanya, bukan mentari yang pergi, tapi bumilah yang berputar. Berputar pada porosnya, poros untuk berkehidupan dan tidak ada yang salah dengan perputaran bumi, dan sesungguhnya tidak perlu mempertanyakan kenapa bumi harus berputar dan kenapa mentari diam pada tempatnya dan hanya menyinari apa yang ada di hadapannya. Karena semua bertujuan untuk menghidupi kehidupan itu sendiri. Pergerakan…dan kediaman…pada pengaturan sederhana yang bermakna keikhlasan. Ikhlas sebagai yang diam untuk tetap menyinari..ikhlas tetap bergerak untuk meratakan sumber kehidupan itu sendiri. Salah bila diam tapi tak menyinari… Salah bila bergerak tidak untuk berbagi. hhh… Sedangkan bila malam datangpun, mentari masih menyisakan sinarnya, pada bintang dan rembulan. cukuplah untuk mengingatkan, bahwa cahaya itu masih ada, dan pada saat tergelappun, cukuplah cahaya rembulan menerangi agar eksistensi diri di lingkungan tetap disadari.

Tidaklah mungkin berharap cahaya mentari senantiasa menyinari. Karena cahaya benderang akan membutakan, panas yg menerus akan mematikan. yang bercahaya, yang bersinar, yang kemilau, akan nampak kemuliaannya justru bila dipersandingkan dengan kegelapan, kesuraman atau bahkan ketiadaan. Kesadaran tentang hakikat kemuliaan cahaya, adalah pada saat kegelapan menyelimuti.

Tidaklah mungkin berharap bumi berhenti berputar, tidaklah akan lelah dia menjalankan tugasnya. karena sesungguhnya  misinya sederhana, hanya berputar. Misinya sederhana, hanya berputar. Ikhlas menjalani misinya, sekalipun di permukaan tanahnya dan di kedalaman airnya, terjadi pergolakan oleh karena perputarannya. Kehidupan yang saling berusaha menghentikan kehidupan yang lain. menjadikan sebagian sebagai seolah penggerak kehidupan dan menyisakan yang terpuruk.  Tapi dengan keikhlasan berputarnya, seolah dengan berputarnya bumi memberikan kesempatan untuk selalu bangkit dari keterpurukan. Karena dia masih konsisten untuk berputar. Selama bumi masih berputar, masih ada waktu untuk kembali berdiri dan kembali mengikuti perputaran kehidupan.

Sederhana saja.

Allah sudah memberi contoh yang baik, untuk selalu konsisten menjalankan peran masing-masing. konsisten untuk tetap menyinari, menemani dan berbagi.

So, Jangan berhenti berputar untuk berbagi dan jangan berhenti bersinar untuk menerangi… 🙂

Leave a comment