Rek Ayo Rek Mlaku-mlaku nang Tunjungan

Berjalan-jalan bersama anak-anak adalah hal yang paling menyenangkan. 2 minggu lalu kami mengunjungi gedung tua milik PTP XI di jalan Veteran. Dan minggu kemarin kami lanjutkan jalan-jalan menyusuri  jalan Tunjungan.
Kami berkumpul di depan Hotel Majapahit. Di awali dengan resrefh materi sejarah bangunan kolonial di Surabaya, Anak-anak mendiskusikan style bangunan hotel Mojopahit
image

Tidak ada yang berubah dari foto dalam catatan buku sejarah sampai dengan saat ini. Lekuk-lekuk kubisme di campur beberapa tempelan ornamen klasik membuat dekorasi bangunan utuh dan anggun. Style art deco memang lebih nyaman dipandang dibandingkan style kubisme yang lebih berkesan kaku dan menakutkan.
Minggu ini suasana di depan jalan Tunjungan asyik sekali. Selain menggelar roti khas hotel Mojopahit di depan hotel sehingga masyarakat dapat menikmatinya, di depan hotel juga dipasang panggung kecil dimana band sederhana melantunkan lagu-lagu untuk memeriahkan suasana.

Anak-anak menikmatinya. Satu persatu lagu band Noah mereka nyanyikan. Suasana menjadi asyik. Diskusi dengan latar belakang musik yang asyik, membuat kami serasa tak mau pergi. Aku biarkan anak-anak diam sebentar untuk menikmati dan memotret-motret bangunan-bangunan yang ada di sekeliling hotel Mojopahit
Lalu kami lanjutkan jalan-jalan ke arah Barat menuju siola. Banyak bangunan yang kami diskusikan. Di setiap bangunan kami berhenti untuk mendiskusikan facade dan kondisinya saat ini.
image

image

Bangunan-bangunan yang masih terjaga bentuk dan tampilannya.
image

Bahkan suasana yang tercipta oleh bangunan kuno di sepanjqng koridornya menjadi catatan tersendiri u anak-anak.
image

“Waahhh…serasa kita dimanaaa..gitu ya,bu”. Begitu komen anak-anak. Aku tertawa.. aku juga merasakannya.
Pembahasan berlanjut tentang bangunan-bangunan yang malu-malu dengan menutupi dirinya dari wajah asli mereka. Tidak bisa diingkari, dari bentuk atap yang terlihat dari balik topeng bangunan yg mereka pasang, bisa diidentifikasikan bahwa wajah bangunan pastilah bangunan lama dengan style art deco. Beberapa topeng bahkan telah mengelupas memperlihatkan sisi dalam balik topeng.
image

image

image

Terlihat wajah penyesalan di raut wajah anak-anak. Aku tersenyum. Aku memahami apa yang mereka pikirkan, karena aku juga merasakannya. Nilai sejarah tak ternilai yang tidak dipahami oleh pemilik bangunan. Betapa permata yang berada dibalik bangunan-bangunqn kuno ini sangat tidak dipahami oleh pemilik-pemilik bangunan, bahwa mereka sedang menggenggam sebuah permata.
Perjalanan kami lanjutkan…dan topik akan beralih…uuppss…hahaha…istirahat dulu..

image

Karena anak-anak tetap anak anak. Melihat kerumunan penjual es dan pentol bakso…waa…tidak mungkin terlewatkan.. hahaha…yayaya..gak papa..toh aku sendiri perlu meluruskan kakiku..
Perjalanan tinggal beberapa meter. Kekaguman kekaguman dan penyesalan penyesalan masih berlanjut. Topeng-topeng bangunan yang dominan menjadi keprihatinan mereka. Perjalanan dari arah hotel Majapahit yang indah membuat mereka kecewa melihat bangunan di sisi barat yang didominasi oleh topeng-topeng besar.
image

image

Aku biarkan anak-anak hanyut dalam pola pikir mereka sendiri tentang keadaan yang sedang mereka lihat. Semakin dalam keprihatinan itu manakala diskusi mengarah pada vandalisme yang terjadi di jakan Tunjungan. Tidak bisa tidak dibahas karena sangat mencolok mata.
image

image

Dan banyak lagi bangunan yang dicorat coret. Rasanya getun tak bisa dihilangkan dari hati. Memang sih..corat coret itu tidak akan terlihat ketika toko atau kantor telah dibuka. Tapi tetap saja ini sangat mengganggu. Kita jadi paham, bahwa seperti itulah masyarakat kita dalam menghargai keindahan serta kebersihan kotanya.
Begitulah…
Di ending, aku minta anak-anak membuat esai tentang perjalanan kali ini.  Semoga banyak manfaat bisa mereka dapatkan. Sebab, kalo bukan kepada mereka, kepada siapa lagi kita titipkan warisan yang tak ternilai ini.
Semoga perjalanan kali ini memberi mereka motivasi dan energi untuk bisa berbuat sesuatu. Aamiin..

Leave a comment