Hijrah yang Tertunda

Kegelisahanku beberapa bulan ini, mengingatkanku pada episode mahesa jenar lari dari pudak pungkuran. Mencari jati diri dengan menepi dan menyepi menjadi seorang pertapa. Lelah dengan diri yang harus selalu mengekang emosi dan nafsu diri sendiri. Baginya lari dengan menjadi pertapa diharapkannya mampu membuatnya terjaga dari kesalahan mengambil keputusan dan menetapkan pilihan banyak masalah, sehingga ketakutannya u terlempar dari jalan yang benar tidak terjadi.

Aku juga jadi ingat, bagaimana agung sedayu sampai harus menyepi jauh…ditepi telaga, hanya untuk meyakinkan dirinya sendiri, bahwa dengan membaca kitab sakti yang seharusnya bukan diwariskan kepadanya oleh empunya kitab sakti, tidak akan membuatnya lupa diri, bahwa dia membaca n memahami kitab sakti, bukan semata-mata untuk kebanggaan diri menjadi orang sakti. Dia hanya bermaksud untuk menerima amanah sang empunya kitab sakti agar ilmu yang ada tetap diwariskan dan dengan niat untuk dimanfaatkan sebagai pelindung lingkungan.

Dan aku memahami, betapa sulitnya posisi mereka, andai itu bukan hanya sekedar cerita dan dongeng belaka. Bagaimana kemudian ternyata mahesa jenar didatangi oleh sang empunya kawasan pudak pungkuran, yang merasa kecewa dengan sikapnya yang getas, tekad seolah baja, tapi ternyata hati sekeras ranting kering yang mudah sekali dipatahkan.

Bagaimana kemudian sang pasisingan tua mengingatkannya, untuk melihat kembali kedasar hatinya…apakah dia berhati brahmana atau ksatria…apakah dia bisa diam hanya mempelajari hakekat kehidupan dan mengajarkannya saja…atau dia masih saja tidak bisa diam melihat ketidakbenaran terhampar di depan mata. Pasisingan minta pdnya untuk memperhatikan diri sendiri, kecenderungan dalam bersikap, ketika berada dalam situasi-situasi nyata di hadapannya.

Lalu agung sedayu, dalam pencarian jati diri dan niat menerima amanah kitab sakti, Menemukan, bahwa dirinya manusia biasa. Tahu betul, bahwa kesalahan penafsiran bisa saja terjadi olehnya suatu ketika, karena dia manusia sempurna yang lengkap dengan nafsu dunia. Suatu ketika mungkin dia mmg akan lupa diri. Tp dengan sareh dia meletakkan diri sbg hamba Allah. Mohon agar selalu dibimbing, karena pada saat itu, dia menyadari diri sbg hamba yg tak py kuasa apapun, apalagi u bersombong diri. dan dia berdoa, Semoga dia selalu bisa menjaga amanahNYA.

Dan aku lama merenungkannya

Mahesa jenar itu kholeris plegmatis, dan agung sedayu itu plegmatis poolll.

Aku tidak pernah membayangkan atau menganggap diriku seperti mahesa jenar. Mahesa jenar, orang yang semula membuang diri sendiri karena ketidaksesuaiannya dengan lingkungan kerajaan yang justru diabdinya. kesalahan yang dilakukan orang lain yang harus dipikulnya dengan membuang diri. yang tegak berdiri bila berurusan dengan ketidakadilan, tapi luluh dan tak berdaya menghadapi masalah dengan dirinya sendiri.

Aku bukan mahesa jenar, sekalipun situasiku saat ini mirip cerita itu. sekalipun sesungguhnya aku hanya ingin tidak ada hambatan dalam melaksanakan pengabdianku, yang dengan sadar aku lakukan, aku pilih sesuai dengan apa yang aku rasa diamanahkan ke aku.

Dan disaat aku merasa visi dan misiku tak dapat diterima oleh lingkungan, dimana perbedaan menjadi hambatan, dimana aku lelah menjelaskan, dimana aku malah merasa aku yang salah karena kelihatannya aku terlalu kaku menginginkan semua lurus sesuai dengan pemahaman yang aku tahu. Aku merasa tak mampu mengendalikan amanahNYA. Aku mulai mempertanyaan kembali pertanyaan lama yang sempat aku hidden di hati yang paling dalam. Aku kembali mempertanyakan kepadaNYA, Allah, aku tidak mengerti peranku disini. aku tidak tahu kemanfaatanku disini. tentu KAU ingin aku berbuat sesuatu disini, dengan caraku. tapi, kelihatannya aku malah menabur kesalahpahaman pd diriku sendiri. Aku merasa salah meletakkan banyak hal. Allah bila Kau ijinkan aku untuk memperbaiki ini semua, ijinkan aku hijrah dari tempat ini. Ijinkan aku hy jadi hamba biasa, yang melayaniMU dalam kegiatan belajar mengajar saja, yang menabur ilmu lewat penelitian dan pengajaran saja. biarkan itu jadi pengabdianku padaMu. Masukkan aku dalam golongan orang-orang yang akan mudah buatku melaksanakan semua ini. Menjadi orang biasa, yang tidak perlu bertanggungjawab terhadap keadaan yang salah, dimana aku merasa tak mampu berbuat apa-apa.

Tujuanku hanya satu, melaksanakan pengabdian kepadaNYA, dengan berada di lingkungan dan situasi yang nyaman untukku. aku ingin ‘pulang’. mengabdi di ‘rumah’ sendiri, aku ingin berhenti berpetualang untuk meluruskan semuanya…itu saja.

Tapi Allah berkehendak lain. Allah malah mengikatku disini.

Aku tidak punya sahabat seperti kebo kanigoro, yang mampu memberikan banyak pertimbangan dengan wawasannya yang luas, tidak ada juga kiai pandan alas, yang mampu dengan jenaka memberikan pemecahan masalah lewat cerita-cerita bersayapnya, tidak ada juga pasisingan tua, yang bergelar panembahan ismoyo, yang mampu dengan bijak melihat semua masalah dari kacamata kemanfaatan kemanusiaan secara luas…

Aku adalah semua itu..dalam kehidupan nyata, aku harus mampu berperan sebagai semua peran itu.

Maka aku memutuskan, bila Allah menghendaki aku masih tetap ada disini, tentu Allah yakin aku masih mampu melaksanakan amanahNYA. Dengan ukuran yang sudah ditakarNYA. aku akan berlaku seperti agung sedayu. aku ambil kesempatan itu, dengan tetap berlindung dibawah naunganNYA. berlindung dibawah naungan kepercayaanNYA.

Januari, 02-2015

Tahun baru. tahun 2015. Tidak terasa. karena sudah dijalani dengan sepenuh hati dan seluruh waktu. Tidak istimewa bila dikatakan sebagai hari yang itu-itu saja. tak ada bedanya dengan hari yang lain. Pembeda hanya pada nama dan label saja. Bernama 1 Januari 2015 dan berlabel tahun baru.

Dan semua orang menyadari, hanya saja tetap saja dirayakan dan dibesar-besarkan sebagai hari yang berbeda dan membedakan, sehingga mempunyai alasan sebagai motivator untuk momen introspeksi diri, bagi sebagian orang yang di setiap harinya tidak memiliki mekanisme untuk introspeksi.

Hiruk pikuk di luaran membuat ‘ruang’ ku semakin sempit dan menekan. Hiruk pikuk yang justru membuatku dan memaksaku melihat diriku sendiri saat ini. ironis, karena aku kahirnya membaningkan dengan semua hiruk pikuk diluar.

Hari hari yang aneh..

Hari-hari dimana semua peran hidupku memaksa untuk dilaksanakan secara bersama-sama.

  1. Sebagai anak, dimana ibunya sedang butuh dirawat sepenuhnya, sakit yang di deritanya membuat ibu selalu menangis kesakitan, dan membuatku sebagai anak mampu merasakan rasa sakit tapi tak berdaya dalam membantu. hanya mampu meringankan sedapat mungkin yang dilakukannya. dan mendoakan agar Allah memberinya kekuatan serta menghilangkan rasa sakitnya. tangis ibu yang kesakitan membuat hatiku luruh, menghanguskan semangatku, melenyapkan energiku. tapi disis yang lain, sebagai sandarannya, aku harus tampil kuat, tegas, mengarahkan, memaksa dan harus halus lembut secara bersamaan. sedang aku merasa bukan perawat dan dalam beberapa hal merasa tak bisa memutuskan tindakan dengan benar. Tapi aku harus melakukannya, karena ibu tak mau dirawat oleh yang lain.
  2. Sebagai ibu dari anakku, yang masih SMP, yang masih dekat denganku. yang masih ingin jalan-jalan karena liburan semesteran. Dia gak nuntut. dia tahu suasanaku. tapi aku juga melihat kebosanannya. aku tahu harus ada 1x saja momen untuk jalan dengannya. Karena sekolahnya sudah fullday. liburan ini harusnya jadi momen dia denganku yang menyenangkan. Jalan-jalan… masak-masak… bersih bersih.. aku tahu apa yg dia inginkan. tapi aku tak bisa memberikan semua yang sedang dia inginkan.
  3. Sebagai dosen, aku masih harus mengejar waktu untuk menyusun jadwal seminar anak-anak. anak-anak masih butuh bimbingan laporannya untuk diseminarkan begitu libur selesai. Aku tahu anak-anak juga tidak libur karena harus mengerjakan laporan akhir MK Seminar konsep Ars. maka aku juga harus melayani permintaan pembimbingan mereka by email. Mereka serius mengerjakan sesuai dengan permintaanku, tentu tak sopan dan tak layak untuk tidak mengimbangi apa yang sudah mereka sanggupkan untuk memenuhi permintaanku. aku juga masih harus mengerjakan beberapa laporan kegiatan yang telah selesai dilaksanakan.
  4. Sebagai tim leader pekerjaan desain yang belum selesai. banyak revisi, dan harus diselesaikan serta presentasi minggu pertama januari 2015. sebenarnya ini pekerjaan tim. tapi sebagian besar timku sedang liburan. aku memang agak kecewa. tapi aku memahami kondisi mereka. dan ini mmg proyek kecil, tidak perlu diberi loyalitas utuh sampai harus meninggalkan kegiatan keluarga. tapi aku tim leadernya. aku tahu pekerjaan tidak bisa menunda hanya karena timnya liburan. the show must go on…apapun yang terjadi dengan tim. jadi aku harus tetap jalan, sekalipun kondisiku juga hanya 10%. aku harus tetap melaksanakannya. karena proyek harus tuntas 100%.
  5. Sebagai pembantu rumah tangga. Biasanya, aku berbagi dengan ibu untuk banyak urusan pekerjaan rumah tangga. dengan sakitnya ibu, maka semua harus aku yang handle. tidak telalu berat se.. tp tetap harus dimanage sedemikian agar tidak berat. anak-anak bisa dimanfaatkan untuk belajar n membantu urusan rumah tangga.
  6. Sebagai istri, dimana suamiku juga sedang flu. tapi yang ini sangat mandiri. bahkan membantu dan mengambil alih apa yg bisa diambil alih olehnya pas aku mmg tak bisa melakukan salah satu pekerjaan itu. disaat aku harus melayani ibuku, disaat aku harus menemani anakku, disaat aku harus bangun malam untuk bekerja. dia bisa menyapu kalo dia liat dapur kotor oleh anakku yang suka memasak.. dia bikinkan teh panas yang manis untuk kita semua.. dia tiba-tiba keluar rumah..pulang membawa nasi bebek kesukaan anak2nya… atau nasi goreng putih kesukaanku… atau sate laler untuk ibuku… dia selalu ada saat aku butuh untuk membeli obat u ibukku… mengantar ibukku ke puskesmas..pas aku harus presentasi.. dia lakukan semua disela-sela dia bekerja… di sela-sela batuk dan pileknya.

Tidak terhitung rasa terimakasihku padamu.. sungguh.. tahun ini.. aku semakin mencintaimu. Trimakasih atas supportmu yang tanpa suara. semoga kau selalu sehat dan tetap selalu bahagia beristrikan aku, yang selalu repot sendiri.

Berikan suamiku berkah yang sebanyak-banyaknya ya, Allah. Trimakasih atas anugerahMu.

KULIAH LAPANGAN…again… wWuuiihh…

Ijin pemilik proyek, Pusat Riset ITS, baru diterima minggu lalu. Highrise building, wuiihh, siapa yang gak kepingin tahu isi di dalamnya. Apalagi, katanya Gedung Pusat Riset ITS ini akan menjadi icon Kampus, satu-satunya bangunan berkonsep green design.

Semula ijin yang diberikan adalah untuk 20 orang mahasiswa dan 6 orang dosen. prioritas untuk mahasiswa semester 3 dan 5. Tapiii… begitu mendengar ada kuliah lapangan di pembangunan Gedung Pusat Riset ITS, anak-anak semester 7, gak mau ketinggalan. bertanya, bolehkan ikut… dengan mata yang memandang penuh harap… wwaallaahh.. mana tega kita. yo wes.. silahkan ikut. bila misalnya gak boleh masuk… ya sudah.. tunggu aja di balik pintu masuk.. hehehe..

Pembekalan diberikan 1 jam sebelum berangkat. refresh materi, agar di tempat kuliah lapangan, materi yang diberikan oleh kontraktor dan arsiteknya bisa nyambung.

Doa bersama diucapkan, semoga Tuhan yang Maha Berilmu memberikan ilmu kepada kami, sebanyak-banyak ilmu, dalam kesenangan berjalan2 di lapangan…dan dalam suasana senang menerima iilmu yang diberikan. Sehat saat berangkat dan sehat pula pada saat pulang.

Sampai di lokasi, kami diterima dengan sangat baik. Sekalipun panas, sumuk dan berkeringat.

10Penjelasan konsep dan gambar dalam direksi kit

Kami diterima di dalam direksi kit. tentu tidak cukup, karena kami datang diluar kesepakatan. dari 20 menjadi 33 orang plus 6 orang dosen. Tapi tidak terdengar keluhan yang berarti. semua menyimak diskusi yang terjadi. dari konsep, aplikasi, cara pemasangan, cara mencari kemiringan untuk mengejar gerak matahari dan lain sebagainya dan lain sebagainya.

Puas secara teoritis… maka jalan-jalan menelusuri 11 lantai gedung dimulai. Dengan diantar banyak pihak yang terlibat dalam pembangunan gedung, kami mulai menelusuri lantai demi lantai.

2Di lantai 2

Di lantai 2, kami berhenti lama, karena disini direncanakan galeri dengan plafon yang unik. Lantai 2 masih belum selesai, disana-sini masih banyak penyangga dan tangga. plafon yang sebagian besar masih telanjang memberikan gambaran lengkap tentang sistem bangunan yang di letakkan dibawah lantai bangunan.

20Jembatan Penyeberangan antar Gedung

Kami melewati Jembatan antar gedung tempat menarik yang isis… hehehe… karena lokasi jembatan ada di lorong antar gedung. Angin bertiup cukup kencang dan cukup menyenangkan di suasana yang panas.

Perjalanan di lanjutkan. kami sampai di lantai 5, Situasi di bawah mulai menarik untuk diperhatikan.

200Memperhatikan Kota Surabaya dari lantai 5

Sampai akhirnya kami berada di topfloor di lantai 11. Banyak hal dapat dipelajari di lantai 11. Space frame, jenis sambungan dan dimensinya. Sanitasi… dan… berfoto bersama.

2000Foto bersama, belum lengkap sebenarnya. Karena sebagian masih di lantai 8

Semua telah dilihat, semua hal telah ditanyakan. Semoga ilmu yang di dapat tidak hilang begitu saja. Tetap diingat dan dapat menjadi pinjakan untuk dikembangkan.

Jam 13.30an… kami selesaikan kuliah lapangan. Epidose kali ini berjalan dengan baik. 🙂

 

Kuliah Lapangan…lagee… :D

Semester 1, mahasiswa arsitektur… wwaaoooww… keereenn…

Begitulah kesan dan semangatnya. Setengah semester telah terlewati, materi desain arsitektur 1, banyak mengolah unsur desain tanpa kejelasan maksud dan tujuan yang ngarsitektur. Tugas UTS, yaitu lomba desain sculpture bertemakan alam, telah dimenangkan oleh 3 mahasiswa. Beberapa ada yang grogi, karena wujud ujian adalah lomba desain… sehingga desain malah gak bisa optimal… hehehe… no matter… toh semangat menyelesaikan project tetap terlihat, tanpa surut sedikitpun. two tumbs up untuk kalian…

Maka untuk tugas sampai dengan UAS, berupa aplikasi dari studi-studi unsur2 desain sebelumnya yaitu project ‘ Space Entrance‘ dengan penekanan desain pada pintu gerbang, pos jaga dan sculpure. Satu tim berisi 3 anggota, masing-masing konsentrasi di salah satu desain dari 3 elemen space entrance tersebut.

Langkah pertama dalam proses desain.. yaitu kajian literature telah dilaksanakn di minggu pertama setelah uts.. Hadiah diberikan atas semangat mereka dengan mengajak mereka jalan2.. Kuliah lapangan, ke beberapa kompleks perumahan highclass,

Tanpa berbekal surat ijin sebelumnya, dan hanya mengandalkan tutur kata yang sopan dan permintaan dengan senyum semanis madu ke para security team yang menjaga kompleks, akhirnya kuliah lapangan berhasil dilakukan.

Pertama kita ke Perumahan yang memiliki space entrance sangat luas.

20141104_094635Anak-anak berpose di depan Space Entrance yang menarik da megah

Banyak unsur desain terpakai di desain space entrance perumahan ini. Garis, bidang dan ruang menyatu dengan finishing warna natural dan tekstur natural. menarik. indah dan menangkap perhatian.

20141104_101957Space Entrance perumahan kedua

Panas yang terik tidak menyurutkan semangat anak-anak. berbekal air minum dalam botol dan permen, Diskusi dilakukan di setiap titik pengamatan. Obyek kedua lebih beragam dalam menggunakan dan mengkomposisikan unsur desain. Pemaknaan unsur desain lebih vulgar. Lebih mudah dipahami secara visual. tidak hanya sekedar tersirat.

Terakhir, kami berada di areal kompleks kota baru yang sangat ketat dalam menjaga desain rumah, lansekap dan semua desain yang ada di dalamnya.  Tapi kami harus melakukannya. Karena ini studi yang harus dilakukan. Maka diskusi tetap harus dilakukan di setiap elemen space entrance.

Sampai kami dicurigai karena diskusi ditepi jalan dibawah pohon yang agak rindang. Tapi syukurlah. bapak security malah mempersilahkan kami diskusi di taman kolam renang yang ada di guest house di sudut kompleks kota baru tersebut. Alhamdulillah.

pakuwonAnak-anak berpose untuk berterimakasih pd yang telah mengijinkan kami diskusi di tempat yang lebih baik dan sejuk

Terimakasih kami ucapkan pada banyak pihak yang telah memberikan waktu untuk kami berdiskusi langsung di depan elemen space entrance dalam usaha kami untuk mempelajari suasana yang diakibatkan oleh dimensi, komposisi dan tatanan space entrance yang ada di kompleks perumahan bapak/ibu pengelola/pemilik.

Ending perjalanan, ditengah panas terik, kami selesaikan dengan makan bakso Salim di dekat kampus bersama-sama.. uwaahhh… nyaman sekali es Garbisnya… sambil diskusi, kita selesaikan es garbisnya… 😀

Jangan lupa diskusi untuk menentukan performance requirmen nya ya anak-anak, agar desain kalian menyatu dalam satu areal..

Yang Harus aku antar dan aku tinggalkan…

Maret tanggal 30, aku harus mengikhlaskan sahabat yang telah dekat dengan ku sejak tahun 1983. Menikah di Suriname dan tinggal disana. aku harus rela mengakhiri pertemuan mata dengan mata… pelukan kasih dan sayang dengannya. karena dia sudah mendapatkan apa yang selalu kami doakan bersama… bahwa Allah mengabulkan memberinya jodoh yang mampu bekerja sama, saling care.. membangun mimpi berkehidupan lebih baik.. diusianya yang ke 46.. sahabatku baru mendapatkan jodoh…seperti yang selalu di doakannya…seperti yang selalu diimpikannya.. sekalipun jauh..

aku tak punya alasan untuk menghalanginya.. sekalipun sebagai satu2nya sahabat yang sudah aku anggap saudaraku sendiri, aku sudah pernah menawarinya untuk jadi istri kedua suamiku.. agar kami tetap bisa selalu bersama. sekalipun aku tau.. suamiku pasti menolaknya.. tapi aku yakin.. bila aku yg memintanya pasti dia menerimanya. dia juga tahu… sebagai sama2 putri tunggal.. aku dan sahabatku sudah seperti saudara kembar. paham banyak hal tanpa disuarakan…selalu diijinkan Allah untuk saling ada bila saling membutuhkan. satu-satunya sahabatku, yang bertahan dalam kondisi apapun keadaanku.. dan keadaanya.

Tapi Allah memberinya janji kehidupan yang jauh lebih baik..

Jadi aku harus tatag mengantarnya ke Suriname… meyakinkan diriku dan dirinya.. it’s gonna be okay… disana.. di perkampungan.. distrik Niew Amsterdam, Commewijne, Suriname. Lalu aku harus tatag untuk meninggalkannya disana.. bersama keluarga barunya.. yang telah menyatakan bersedia melindunginya.

Dia sudah mendapatkan apa yang selalu jd doanya.. semoga dia diberi kekuatan yang sama untuk merawat anugerah ini, sehingga barokah sampai akhirat. Aamiin.

biru3pemandangan subuh di tepi rumah

Tempat yang menarik yang jadi favorit untuk berdiam atau diskusi, gambaran impian yang jadi kenyataan.

0 rumah erni 2Rumah suami sahabatku yang jadi rumah barunya…

Rumah cukup besar, di tepi laut dan sungai pertama. dekat dengan pintu air…

0 pintu air

Pintu air

Pintu air yang jadi tugas suami sahabatku sebagai petugas negara pengawas pintu air

0 rumah erniRumah sahabatku dan lingkungannya

I love u, dek… my little sister… for ever… what ever… i love u…

erni-jembatan

Semoga selalu bahagia… dunia dan akhirat…

Aamiin…

Selamat Tahun Baru 2014…

Tanggal 1 Januari selalu menjadi hari favorit untuk menengok ke belakang sebentar dan becermin. Tidak terkecuali aku. Terutama untukku. Sebenarnya tidak ada istimewanya tanggal 1 sebagai hari dengan momen introspeksi. Bisa dilakukan kapan saja. Bila kemudian aku hanyut dalam suasana tahun baru ini, lebih karena kebetulan aku tak mampu menahan hatiku untuk menuliskannya. Bila kali ini aku agak melankolis…maaf ya.

Kenapa aku hanyut dalam momen mengevaluasi diri di tanggal 1 januari ini..karena tahun kemarin memang luar biasa bagiku. Terlalu banyak kesibukan, terlalu banyak kegiatan, terlalu banyak peristiwa, terlalu banyak emosional yang diakibatkannya. Baik emosi marah, sedih, kecewa, senang, bangga…lengkaplah… Banyaknya peristiwa…banyak membuka karakter..membuka potensi2 diriku sendiri dalam menghadapi semuanya. Kekuatan2 tersembunyi untuk mencoba bertahan dalam menjaga atmosfir positif, untuk bertahan dalam kekompakan tim.

Salah satu alasan aku menulis kali ini adalah itu. Kekompakan tim..dan menonton film ‘The Avangers’ mengingatkan aku kembali pada peranku sendiri di kehidupan ini… kehidupanku. tidak hanya ‘The Avangers’ film atau cerita yang membuatku terkesan. Kungfu Panda, Lord of The Ring, Charly’s Angels bahkan buku bacaan kuno ‘Naga Sasra Sabuk Inten’, Api di Bukit Menoreh, Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu. pada semuanya aku menemukan satu hal…bahwa melakukan bersama-sama itu sangat menyenangkan dan lebih berarti. Makanya aku lebih menikmati nonton film atau membaca cerita-cerita seperti itu daripada film superman, spiderman atau yang seperti itu. Aku menjadi ‘hidup’ dalam Tim. Banyak kegiatan akhirnya aku lakukan dengan cara membentuk Tim. Atau aku selalu mengkondisikan lingkungan terdekatku adalah sebuah tim. Pada awalnya memang menghasilkan kerja yg baik dan sukses. Tapi waktu berjalan dan kegiatan mulai beragam dengan tim yang beragam pula. Kekecewaan dan ke-tidak mengerti-anku kenapa orang lain bersikap berbeda mulai banyak aku alami.

Banyak…
Tapi bukan manusia sempurna bila kita tidak mampu memahami makna peristiwa-peristiwa tersebut.

Perlahan namun pasti, tanpa mengubah karakter asliku yang lebih suka berada dalam sebuah Tim, aku mulai bisa memahami situasi dan kondisi dengan sudut pandang yang lebih realistis dan melebarkan toleransi dengan bersikap sabar terhadap diri sendiri dan sabar terhadap orang lain. Memaafkan orang lain dan memaafkan diri sendiri. Dan ternyata pemahaman itu masih perlu banyak diuji, banyak dihadapkan langsung di kehidupan saat ini. Tanpa harus menjadikan diriku apatis atau putus asa karena target diri sendiri tak tercapai, aku menjadikan diriku tempat sampah. Tidak sekedar tempat sampah..tapi tempat sampah yang ‘pintar, yang mampu memilah sampah mana yang memang harus dimusnahkan, atau sampah yang masih bisa di daur ulang untuk menjadi seauatu yang lebih berdaya guna dan bernilai lebih baik. bukan berarti bahwa setiap masalah adalah sampah. hanya sekedar analogi saja agar aku bisa memikirkannya dengan lebih positif..bahwa yang tidak menyenangkan… bukan mesti harus dibuang, tapi bisa dibuat menyenangkan bahkan jauh lebih menyenangkan. Lebih mudah kah..? Oooo…tidak..itu jauh lebih sulit. Tapi aku rasa itulah yg bisa aku lakukan sesuai dengan karakterku.
Dan aku mencoba enjoy dengan semua yang bisa aku lakukan.
Dari satu Tim..ke tim yang lain..dari satu tim yang nyaman harus berpisah..dan membentuk tim baru..dari yang sedih harus berpisah dengan tim yang lama yang lalu harus berganti dan membentuk tim yang baru… dan semua sesungguhnya tidak pernah terhapus begitu saja di hatiku, di ingatanku.
Totalitas yang sudah dijalankan disetiap kegiatan di tim-tim itu tidak pernah menjadi penyesalanku. Semua berjalan sesuai dengan yang seharusnya. Semua berjalan sesuai dengan ilmu yang memang harus aku pelajari dalam hidup ini.tidak ada kesia-sian, totalitas tidak pernah beroutput penyesalan.
Aku menikmati setiap kesuksesan dan kegagalan yang diakibatnya. Karena aku selalu memperoleh sesuatu darinya.
Kehidupan memang harus terus berlalu. Untuk maju ke depan… maka yang rugi…adalah yang tidak mampu mendapatkan ilmu dari setiap totalitas yang sudah dijalankannya. Karena kita tidak bicara masalah materi duniawi saja. Tapi kita bicara kematangan moralitas. Survive di kehidupan itu..bukan hanya untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi semata. Tapi jauh..jauh…jauh lebih dari itu.

Maka aku berharap..aku tetap bisa konsisten terhadap apa yang selalu aku niatkan di setiap kegiatanku. Aamiin…

Mlaku-mlaku nang TP5 (pk5 di Tugu Pahlawan)

Berjalan-jalan selalu menjadi hal yang menyenangkan. Kemarin pagi, aku berjalan-jalan di area pk5 di kawasan Tugu Pahlawan. Pagi masih menyisakan mendung di langit. Jalanan beraspal pun terlihat masih basah oleh hujan yang turun semalaman.
Tapi sungguh…entah apakah karena menjelang natal dan tahun baru, atau ada apa yang aku tidak tahu, yang jelas, pagi itu suasana sangat ramai. Penuh sesak…

image

Area pk5 di kawasan Tugu Pahlawan sudah lama ada. Sejak Taman Surya Balai Kota Madya Surabaya tertutup oleh mereka, kawasan Tugu Pahlawan menjadi pilihan untuk menebar dagangan. Dulu tidak seramai ini. Hanya beberapa saja. Tapi perkembangan variasi yang diperdagangkan sangat berkembang. Lebih banyak dan lebih beragam.
Perkembangan pedagang serupa ini kemudian berkembang hampir disemua place yang memungkinkan para pedagang pk5 menggelar dagangan mereka. Di Taman Prestasi, Taman Bungkul menjadi area surga perdagangan mereka.
Khusus area pk5 yang menjadi pelarian pertama para pedagang setelah terusir dari Taman Surya Balai Kota Surabaya, ternyata tidaklah demikian adanya. Banyak perbedaan jenis dagangan antara yang diperdagangkan di Taman Surya dengan yang diperdagangkan di kawasan Tugu Pahlawan. Bila di Taman Surya lebih banyak bersifat rekreatif dan melayani sepenuhnya kebutuhan anak-anak bermain dan orangtua yang menunggui, banyak permainan anak-anak yang setelah dibeli bisa langsung dipakai dan bermain-main di Taman Surya. Barang-barang permainan yang diperdagangkan lebih menyerupai barang mainan seperti di pasar malam, barang mainan yang berupa barang home industri, buatan tangan sendiri, sederhana namun menyenangkan. Sedangkan di tp5 kawasan Tugu Pahlawan lebih banyak memperdagangkan barang-barang konsumsi rumah tangga dari masalah sandang dan kebutuhan lain-lain yang notabene sebenarnya merupakan barang-barang yang bisa dibeli di toko. Kalaupun ada mainan anak-anak, tidak terlalu banyak, terselip diantara dagangan konsumsi rumah tangga dan tidak dengan space yang nyaman untuk bermain.
image

Tidak ada penjual layang-layang yang langsung bisa dipraktekkan di areal di situ. Ada sih.. bila mau sedikit melangkah ke dalam taman tugu pahlawan. Tidak ada penjual slepetan…semacam kitiran yang dislepet ke atas dan kitiran turun perlahan dengan asyiknya. Tidak ada pesawat gabus yang bisa dilempar dengan energi tawa dan kegembiraan. Ya…memang berbeda. Sekalipun tidak sengaja dikonsepkan. Tapi akhirnya dapat kita ketahui, para pedagang telah dengan sendirinya menuangkan konsep di setiap place dimana mereka bisa mangkal. Di Taman Surya memang untuk rekreasi, karena dijaman itu belum ada Taman Prestasi dan Taman Bungkul. Sedangkan di kawasan Tugu Pahlawan ini, benar-benar berkonsep perdagangan.
Banyak yang diperdagangkan. Dari yang biasa diperdagangkan sampai beberapa hal baru yang dicoba diperdagangkan.
image

image

Menjadi artis menoreh rajah di tangan dan di tubuh. Melukis tangan dan tubuh juga menarik perhatian para pengunjung dan pembeli. Mau mencoba…?
Penjual makanan juga bertebaran dimana-mana, terutama penjual makanan kecil seperti lompya, donat dan sebagainya. Semua bercampur aduk dalam suasana riuh rendah yang luar biasa. Tidak bisa diperbandingkan, sebenarnya lebih banyak mana antara pembeli dengan pedagang.
Tidak ada penzoningan yang membuat nyaman para pembeli. Tidak ada space terselip untuk sekedar memberi nilai tambah selain perdagangan. Sehingga kondisi santai yang rekreatif mencari rempat sendiri.
image

Menarik bukan..?
Sepertinya pemkot masih separo hati dalam mengijinkan area-area pk5 seperti ini unuk menjadi bagian dari tata ruang.
Memang tidak nyaman. Karena mereka mobil, bergerak dan berdiam dimana-mana, tidak kenal aturan dan tidak teridentifikasi dengan jelas. Semua orang seolah-olah bisa saja menjadi pedagang dadakan. Sehingga untuk mengaturnya agar menjadi lebih berdayaguna pemkot kehilangan landasan dasar. Disisi lain, kegiatan ini sudah merupakan perilaku warga kota untuk menjadi pedagang sekaligus pembeli tanpa ikatan apa-apa seperti bazar kampung dalam skope yang lebih besar.
Potensinya besar, baik sebagai ajang anjasana antar warga, peredaran perekonomian masyarakat kecil, bersifat rekreatif yang murah meriah,  yang menimbulkan energi positif bagi berkehidupan kota ini sendiri.
Tapi mau tidak mau harus diakui, kondisi ini adalah keunikan tersendiri, bahkan bila kemudian di manaj dengan baik, kota akan bisa mengalokasikan para semut (aku sebut semut karena suka bergerombol di area tertentu, bekerja bersama dan bersosialisasi dalam kerumunan itu juga) di area-area tertentu saja dan di waktu-waktu tertentu saja. Ibaratnya, beri semut gula di satu tempat, agar tidak bertebaran di lain tempat. Tidak hanya berguna bagi pedagang dan tata ruang saja. Kepastian tempat dan waktu juga menjadi hal yang menyamankan para pembeli dan warga kota.
Bila keunikan ini mampu menjadi ciri khas yang secara permanen dapat menjadi agenda kota, bisa jadi menjadi agenda para wisatawan juga menganggap kegiatan ini patut dikunjungi.
Kesimpulannya, bila pemkot serius menangani pk5 ini sebagai potensi keunikan kota Surabaya, pemkot tinggal memilih lokasi yang mana saja yang hendak dijadikan ikon kota.

Rek Ayo Rek Mlaku-mlaku nang Tunjungan

Berjalan-jalan bersama anak-anak adalah hal yang paling menyenangkan. 2 minggu lalu kami mengunjungi gedung tua milik PTP XI di jalan Veteran. Dan minggu kemarin kami lanjutkan jalan-jalan menyusuri  jalan Tunjungan.
Kami berkumpul di depan Hotel Majapahit. Di awali dengan resrefh materi sejarah bangunan kolonial di Surabaya, Anak-anak mendiskusikan style bangunan hotel Mojopahit
image

Tidak ada yang berubah dari foto dalam catatan buku sejarah sampai dengan saat ini. Lekuk-lekuk kubisme di campur beberapa tempelan ornamen klasik membuat dekorasi bangunan utuh dan anggun. Style art deco memang lebih nyaman dipandang dibandingkan style kubisme yang lebih berkesan kaku dan menakutkan.
Minggu ini suasana di depan jalan Tunjungan asyik sekali. Selain menggelar roti khas hotel Mojopahit di depan hotel sehingga masyarakat dapat menikmatinya, di depan hotel juga dipasang panggung kecil dimana band sederhana melantunkan lagu-lagu untuk memeriahkan suasana.

Anak-anak menikmatinya. Satu persatu lagu band Noah mereka nyanyikan. Suasana menjadi asyik. Diskusi dengan latar belakang musik yang asyik, membuat kami serasa tak mau pergi. Aku biarkan anak-anak diam sebentar untuk menikmati dan memotret-motret bangunan-bangunan yang ada di sekeliling hotel Mojopahit
Lalu kami lanjutkan jalan-jalan ke arah Barat menuju siola. Banyak bangunan yang kami diskusikan. Di setiap bangunan kami berhenti untuk mendiskusikan facade dan kondisinya saat ini.
image

image

Bangunan-bangunan yang masih terjaga bentuk dan tampilannya.
image

Bahkan suasana yang tercipta oleh bangunan kuno di sepanjqng koridornya menjadi catatan tersendiri u anak-anak.
image

“Waahhh…serasa kita dimanaaa..gitu ya,bu”. Begitu komen anak-anak. Aku tertawa.. aku juga merasakannya.
Pembahasan berlanjut tentang bangunan-bangunan yang malu-malu dengan menutupi dirinya dari wajah asli mereka. Tidak bisa diingkari, dari bentuk atap yang terlihat dari balik topeng bangunan yg mereka pasang, bisa diidentifikasikan bahwa wajah bangunan pastilah bangunan lama dengan style art deco. Beberapa topeng bahkan telah mengelupas memperlihatkan sisi dalam balik topeng.
image

image

image

Terlihat wajah penyesalan di raut wajah anak-anak. Aku tersenyum. Aku memahami apa yang mereka pikirkan, karena aku juga merasakannya. Nilai sejarah tak ternilai yang tidak dipahami oleh pemilik bangunan. Betapa permata yang berada dibalik bangunan-bangunqn kuno ini sangat tidak dipahami oleh pemilik-pemilik bangunan, bahwa mereka sedang menggenggam sebuah permata.
Perjalanan kami lanjutkan…dan topik akan beralih…uuppss…hahaha…istirahat dulu..

image

Karena anak-anak tetap anak anak. Melihat kerumunan penjual es dan pentol bakso…waa…tidak mungkin terlewatkan.. hahaha…yayaya..gak papa..toh aku sendiri perlu meluruskan kakiku..
Perjalanan tinggal beberapa meter. Kekaguman kekaguman dan penyesalan penyesalan masih berlanjut. Topeng-topeng bangunan yang dominan menjadi keprihatinan mereka. Perjalanan dari arah hotel Majapahit yang indah membuat mereka kecewa melihat bangunan di sisi barat yang didominasi oleh topeng-topeng besar.
image

image

Aku biarkan anak-anak hanyut dalam pola pikir mereka sendiri tentang keadaan yang sedang mereka lihat. Semakin dalam keprihatinan itu manakala diskusi mengarah pada vandalisme yang terjadi di jakan Tunjungan. Tidak bisa tidak dibahas karena sangat mencolok mata.
image

image

Dan banyak lagi bangunan yang dicorat coret. Rasanya getun tak bisa dihilangkan dari hati. Memang sih..corat coret itu tidak akan terlihat ketika toko atau kantor telah dibuka. Tapi tetap saja ini sangat mengganggu. Kita jadi paham, bahwa seperti itulah masyarakat kita dalam menghargai keindahan serta kebersihan kotanya.
Begitulah…
Di ending, aku minta anak-anak membuat esai tentang perjalanan kali ini.  Semoga banyak manfaat bisa mereka dapatkan. Sebab, kalo bukan kepada mereka, kepada siapa lagi kita titipkan warisan yang tak ternilai ini.
Semoga perjalanan kali ini memberi mereka motivasi dan energi untuk bisa berbuat sesuatu. Aamiin..

Spirit of Place jalan Tunjungan..*mmm…*

Jalan Tunjungan… Tak bosan untuk dibahas. Dari waktu ke waktu pembahasan tidak dapat dihentikan. sepanjang belum menemukan perubahan yang signifikan dari kondisi sekarang, maka jalan Tunjungan masih akan terus dibicarakan dalam topik yang sama..: bagaimana menghidupkannya kembali, masih bisakah menghidupkannya kembali,..apa yang harus dihidupkan kembali..? apakah masih memiliki spirit of place seperti dahulu kala..? seperti apakah spirit of place jalan tunjunagn di masa lalu..? di masa dimana Jalan Tunjungan memiliki spirit of place yang mampu menjadi ikon kota.

Dalam perjalanan waktu pada 7 periode perkembangan kota Surabaya, Koridor Jalan Tunjungan mengalami perkembangan tidak disemua periode. Koridor jalan Tunjungan Surabaya dibangun pada periode 1870-1905. Periode 1906-1940 merupakan masa jaya koridor jalan Tunjungan di masa pendudukan Belanda. Koridor jalan Tunjungan menjadi pusat perdaganagan yang dinamis dan istimewa. Periode 1941-1945 serta periode 1946-1970 koridor jalan Tunjungan tidak mengalami perubahan dan tidak ada perkembangan. Perubahan cukup signifikan terjadi di periode 1971-1997. Di Periode iniSurabaya mengalami perubahan ekonomi akibat booming minyak. Perdagangan menjadi komiditas utama dan koridor jalan Tunjungan menyesuaikan dengan perubahan ekonomi yang terjadi. Pada periode inilah menjadi masa perubahan citra kawasan. Perubahan secara fisik banyak terjadi dan pergeseran makna kawasan mulai terjadi. Di akhir tahun 1997 perubahan fungsi kawasan memperjelas perubahan citra kawasan di koridor jalan Tunjungan Surabaya.

Menurut penelitian yang ku lakukan baru-baru ini, Komparasi spirit of place menurut periodenya adalah sebagai berikut :

paparan spirit of placePaparan Komparasi Spririt of Place

Beberapa gambar yang bisa diperhatikan untuk memahami komparasi tersebut adalah sebagai berikut :

Untitled

Gambar Suasana Jalan Tunjungan antara tahun 1870-1940

Bandingkan dengan suasana di periode berikutnya :

tunjungan 1940-1970

Gambar Suasana Jalan Tunjungan di tahun 1940-1970

Apalagi bila dibandingkan dengan ini :

tunjungan diatas 1970

Gambar Suasana Jalan Tunjungan tahun sekarang

Kesimpulannya :

Spirit of place adalah karakter tempat yang berperanan dalam membentuk identitas kawasan dan pada akhirnya memberi citra pada kawasannya. Citra kawasan merupakan persepsi antara pengamat dengan lingkungannya dan membangun citra kawasan diperlukan identitas, struktur atau pola yang menghubungkan antara obyek dengan pengamat serta makna obyek terkait emosional pengamatnya. Dari temuan spirit of place dari periode per periode yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

  1. Aspek non fisik yang mengubah fungsi koridor dari koridor perdagangan dan jasa menjadi perkantoran,  hiburan dan jasa telah mengubah citra koridor sebagai koridor yang memiliki ikatan emosional antara masyarakat sebagai pengguna dengan koridor sebagi place yang mereka miliki secara utuh dimana mereka merasa ada di dalamnya.
  2. Keengganan masyarakat sebagai pengguna terhadap aktifitas di dalam koridor juga mempengaruhi  citra koridor. Masyarakat tidak lagi menganggap koridor jalan Tunjungan sebagai milik mereka karena aktifitas di dalamnya sudah tidak berhubungan dengan aktifitas mereka, seperti sebelumnya.
  3. Hilangnya ikatan emosional antara place dengan masyarakat sebagai pengguna semakin dikuatkan oleh tertutupinya façade bangunan asli dengan papan-papan reklame dan nama gedung. Secara visual ikatan emosional untuk menghadirkan rasa memiliki dari kondisi masa lalu di masa kini terputus.
  4. Sirkulasi dari dua arah menjadi satu arah mengubah aktifitas masyarakat sebagai pengguna dalam berinteraksi dengan place. Hal ini masih dapat diatasi dengan sirkulasi pejalan kaki (pedestrian ways) di sisi kanan dan kiri sirkulasi kendaraan. Tetapi kekhasan trotoar di koridor jalan Tunjungan dalam melindungi para pejalan kakinya yang berwujud arcade telah mengalami perubahan menjadi trotoar biasa.

 Rekomendasi yang diberikan berdasarkan temuan dan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya adalah sebagai berikut :

  1. Perlu menambahkan fungsi awal, yaitu perdagangan yang rekreatif sebagai upaya untuk membiarkan masyarakat sebagai pengguna mempunyai ikatan emosional kembali dengan koridor jalan Tunjungan.
  2. Perlu menambahkan aktifitas yang melibatkan masyarakat sebagai upaya menghidupkan kembali interaksi masyarakat dengan bangunan dan lingkungan di koridor jalan Tunjungan.
  3. Membuka façade bangunan dan mengembalikan wujud bangunan yang masih ada sesuai dengan aslinya.
  4. Mengatur penempatan papan reklame agar tidak menutupi wajah koridor jalan Tunjungan.
  5. Memberikan regulasi yang jelas dan tegas terhadap setiap perubahan yang memungkinkan dilakukan oleh stake holder koridor jalan Tunjungan. Termasuk di dalamnya memberikan insentif dan disinsentif.

Daftar Pustaka

  1. Deklarasi Spirit of Place in Quebec, Quebec, 2008
  2. Garnham, Launce, Maintaining The Spirit of Place : A Process for The Preservasion of Town Character, PDA Publishers Corporation, Mesa, Arizona, 1985
  3. Lynch, Kevin, The Image Of The City, The MIT Press, Cambridge,Massachusetts, 1960
  4. Poerbantanoe, Benny, The Lost City dan Lost Space karena Perkembangan Pengembangan Tata Ruang Kota, Dimensi Arsitektur 27/Ars Desember 1999, Surabaya : Universitas Kristen Petra, Surabaya, 1999
  5. Purwono, Nanang, Mana Soerabaiaku, Pustaka Eureka, Surabaya. 2006
  6. Schulz, Christian Norberg, Genius Loci-Towards A Phenomenology of Architecture, Rizolly International Publication, New York, 1984
  7. Shirvani, Hamid,  The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold, New York. 1985
  8. The Burra Charter for Conservation of Place of Cultural Significance, ICOMOS NEWS, Australia,1981

Semua paparan tersebut dapat dibaca lengkap di e-JETU, jurnal elektronik Fakultas Teknik. Mau baca..? silahkan klik disini.

Sungguh…Allah Menyukai Hamba yang Sibuk

Begitulah.

Seolah tiada habis pekerjaan. Dari rentetan rapat persiapan penerimaan dana hibah PHP-PTS 2013, yang untuk sementara di pinggirkan, beralih ke finishing pengisian borang akreditasi dan lampiran-lampirannya. Sesungguhnya inipun pekerjaan yang sudah lama dipersiapkan diantara banyak kegiatan kejar tayang yang lain, seperti penyusunan Statuta periode 2013-2017 dan Renstranya, dimana hampir semua dosen di prodi arsitektur masuk sebagai panitianya.

Pekerjaan pengisian borangnya sudah cukup lumayan dibandingkan dengan penyusunan evaluasi diri sebagai bahan yang harus juga dilampirkan bersamaan dengan borang akreditasinya. Belum lagi pengumpulan beberapa lampiran yangmasih harus ditelusur keberadaannya.

He he he… 🙂

dan… itu masih bersamaan pula dengan semester baru yang membutuhkan konsentrasi penuh untuk mengembangkan kurikulum baru, menyusun konversinya serta membuat perencanaan perkuliahan semester depan.

lalu… semester baru..?…he he he…eh.. itu sama dengan banyak yang harus dipersiapkan, diantaranya adalah perwalian. Perwalian dengan kondisi kurikulum baru dan konversi..? wao..itu sama dengan harus menghabiskan banyak sekali energi untuk menjelaskan banyak permasalahan ke anak-anak… dan semester baru… termasuk mempersiapkan perencanaan kegiatan SKK untuk tahun akademik sekarang.

Sampai hari ini..hampir semua telah tercapai. Puas…? tidak sepenuhnya.

Banyak pendapat…banyak masukan…banyak kemauan…banyak sudut pandang…

Harus didiskusikan, harus dianalisis, terjadi perdebatan, kompromi…dan lain lain..dan sebagainya…

Satu tujuan sebenarnya, mencari formasi terbaik untuk anak-anak.. Harapan yang menjadi tujuan, membuat kelelahan menjadi terasa seimbang, sudah seharusnya dan memang harus begitu..

Berbuat yang terbaik, itulah targetnya. Perencanaan yang baik, proses yang baik dan hasil yang baik. Tidak selalu berhubungan antara perencanaan yang baik dengan proses yang baik dan hasil yang baik, Paling tidak, dengan perencanaan yang terbaik akan menjadi tahap yang terbaik..dan menjadi tahap yang dapat melandasi proses. Sekalipun dalam berproses juga akan banyak hal yang unpredictable…yang akan memperkaya dan membuka luas wawasan, tapi prinsip melakukan yang terbaik juga tetap akan dilakukan dalam melaksanakan proses tersebut.

Tidak ada yang sempurna…karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Tapi dalam karya dan doa yang dilakukan dengan niat baik, tentu akan menumbuhkan harapan baik dan hasil yang baik.

hhhh…

Bila mmg untuk inilah Allah meletakkan aku disini. Maka, semoga aku telah melakukan terbaik seperti yang dikehendaki oleh Allah. Maka, aku tak segan untuk bermohon maaf pada tim Borang akreditasiku.. Maafkan aku, karena aku sering keras kepala, sering tak sabar, sering emosional, sering mutusi sendiri. Tidak ada niat aku untuk menganggap diri lebih baik. Tidak. Aku hanya manusia tak sempurna yang sedang berusaha melakukan yang terbaik untuk semuanya dengan cara yang bisa aku lakukan.

at least, thank you for all…

PROFIL PRODI-1Tim Borang Akreditasiku